“Irshad Manji, Lady Gaga dan Logika Setan”
Analisis, liberal, nasional 9:26 AM
PADA
21 Februari 2012 lalu, situs http://showbiz.vivanews.com, menurunkan
berita berjudul: “Mimpi Lady Gaga: Selalu Dihantui Roh Jahat”. Kata
Lady Gaga, "Aku berulang kali bermimpi ada hantu di rumahku dan dia
membawaku ke sebuah ruangan."
Sebelumnya, pada 2 Februari 2012, situs yang sama juga menulis berita berjudul “Lady Gaga Berburu Sperma Pria Berdarah Italia.”
Beberapa
hari ini, media massa –baik cetak maupun elektronik -- ramai
memberitakan dan mendiskusikan masalah pro-kontra pembatalan konser
penyanyi Amerika Lady Gaga di Indonesia. Berbagai alasan dikemukakan.
Pihak yang mendukung konser Lady Gaga beralasan bahwa konser musik
adalah bagian dari kebebasan berekspresi. Ada yang beralasan, bahwa
tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan kehadiran Lady Gaga.
Sebab,
itu hanya konser musik biasa. Bahkan ada tokoh yang berbicara di
sebuah TV, ada sejuta Lady Gaga pun tidak ada masalah. Yang penting
imannya kuat.
Bagaimana
menyikapi konser Lady Gaga ini? Lepas dari soal pro-kontra konser Lady
Gaga, marilah kita dudukkan masalahnya dengan jernih. Tentu saja,
sebagai Muslim, kita mencoba melihat masalah Lady Gaga dari sudut
pandang Islam, bukan sudut pandang liberalisme, sekularisme, atau
ateisme.
Lady Gaga adalah
penyanyi terkenal. Albumnya sudah laku jutaan kopi. Tapi, perilakunya
sangat buruk. Ia pengumbar pornografi, pornoaksi, pendukung seks bebas,
dan juga homoseks dan lesbianisme. Pada 12 Maret 2010, situs
www.tabloidbintang.com meluncurkan kabar, bahwa Lady Gaga menyatakan
kesiapannya menjadi seorang lesbian.
“Tidak ada batasan atau peraturan dalam hal cinta,” ujar Gaga.
Sebagai
Muslim, harusnya semua sepakat, bahwa apa yang dilakukan dan
dipromosikan oleh Lady Gaga adalah kebatilan dan kemunkaran. Adalah
sangat tepat, bahwa pemerintah – dalam hal ini pihak kepolisian RI –
menghentikan kemunkaran berupa konser Lady Gaga. Itu memang tugas
penguasa. Bukankah Nabi Muhammad SAW sudah memerintahkan, bahwa siapa
saja yang melihat kemunkaran, ubahlah dengan tangannya (kekuasannya);
jika tidak mampu, ubahlah dengan lisannya; dan jika pun dengan lisan
tidak mampu juga, maka cukup dengan doa, yakni tidak ridha atas
kemunkaran itu. Itulah, kata Nabi SAW, selemah-lemah iman. Jika
sekedar tidak ridha, atau benci terhadap kemunkaran, sudah dikatakan
sebagai “selemah-lemah iman”, bagaimana jika seseorang menjadi
pendukung kemunkaran?
Rabu
(16/5/2012) malam, sebuah TV swasta menyiarkan sebuah acara perdebatan
panjang seputar pembatalan konser Lady Gaga. Sepanjang acara
berlangsung, sejumlah SMS dan twiter berseliweran. Sebagian
diantaranya berisi penyesalan, betapa acara itu menjadi panggung aduan
bagi sesame Muslim. Yang lebih mengerikan, ada tokoh-tokoh yang
berbicara dengan nada tidak berkeberatan dengan kehadiran dan konser
Lady Gaga.
Bahkan, beberapa
peserta diskusi masih menggugat kasus pembatalan diskusi tokoh Lesbi,
Irshad Manji, di sejumlah tempat di Indonesia, beberapa waktu lalu.
Ada
logika aneh yang dimunculkan dalam kasus Lady Gaga dan Irshad Manji.
Yakni, biarkan mereka bicara; jika tidak setuju ya diajak diskusi
saja! Padahal, Irshad Manji bukan hanya promosi lesbi dalam buku-buku
dan situs pribadinya. Tetapi, dia juga sangat menghina Nabi Muhammad
SAW. Bahkan, lebih dari itu, dalam situs pribadinya,
www.irshadmanji.com, tampak jelas, bagaimana dukungan si Manji terhadap
penjahat penghina Nabi Muhammad SAW, Salman Rushdie. [baca: Irshad
Manji: Kebebasan Akademik dan “Salam Pantat”]
Sekedar
mengingat kembali, nama Salman Rushdie mencuat ketika pada 26 November
1988, Viking Penguin menerbitkan novelnya berjudul The Satanic Verses
(Ayat-ayat Setan). Novel ini segera memicu kemarahan umat Islam yang
luar biasa di seluruh dunia. Novel ini memang sungguh amat sangat
biadab. Rushdie menulis tentang Nabi Muhammad saw, Nabi Ibrahim,
istri-istri Nabi (ummahatul mukminin) dan juga para sahabat Nabi dengan
menggunakan kata-kata kotor yang sangat menjijikkan.
Dalam
novel setebal 547 halaman ini, Nabi Muhammad saw, misalnya, ditulis
oleh Rushdie sebagai ”Mahound, most pragmatic of Prophets.”
Digambarkan sebuah lokasi pelacuran bernama The Curtain, Hijab, yang
dihuni pelacur-pelacur yang tidak lain adalah istri-istri Nabi Muhammad
saw. Istri Nabi yang mulia, Aisyah r.a., misalnya, ditulis oleh
Rushdie sebagai ”pelacur berusia 15 tahun.” (The fifteen-year-old whore ’Ayesha’ was the most popular with the paying public, just as her namesake was with Mahound). (hal. 381).
Banyak
penulis Muslim menyatakan, tidak sanggup mengutip kata-kata kotor dan
biadab yang digunakan Rushdie dalam melecehkan dan menghina Nabi
Muhammad saw dan istri-istri beliau yang tidak lain adalah ummahatul
mukminin. Maka, reaksi pun tidak terhindarkan. Fatwa Khomaini pada 14
Februari 1989 menyatakan: Salman Rushdie telah melecehkan Islam, Nabi
Muhammad dan al-Quran. Semua pihak yang terlibat dalam publikasinya
yang sadar akan isi novel tersebut, harus dihukum mati. Pada 26
Februari 1989, Rabithah Alam Islami dalam sidangnya di Mekkah, yang
dipimpin oleh ulama terkemuka Arab Saudi, Abd Aziz bin Baz,
mengeluarkan pernyataan, bahwa Rushdie adalah orang murtad dan harus
diadili secara in absentia di satu negara Islam dengan hukum Islam.
Pertemuan Menlu Organisasi Konferensi
Islam (OKI) pada 13-16 Maret 1989 di Riyadh juga menyebut novel Rushdie
sebagai bentuk penyimpangan terhadap Kebebasan Berekspresi.
Prof.
Alaeddin Kharufa, pakar syariah dari Muhammad Ibn Saud University,
menulis sebuah buku khusus berjudul Hukm Islam fi Jaraim Salman
Rushdie. Ia mengupas panjang lebar pandangan berbagai mazhab terhadap
pelaku tindak pelecehan terhadap Nabi Muhammad saw. Menurut Kharufa,
jika Rushdie menolak bertobat, maka setiap Muslim wajib menangkapnya
selama dia masih hidup.
Ada yang beralasan, bahwa biarlah
Irshad Manji dan Lady Gaga berbagi pemikiran dan kesenangan melalui
hiburan! Katanya, soal pribadi jangan dikaitkan dengan pemikiran atau
karya seninya! Apa pun pribadinya, tak perlu dikaitkan dengan
karyanya. Sikap Irshad Manji yang memuji-muji dan bersahabat dengan
Salman Rushdie, tentu bukanlah sikap yang bijaksana. Dia tidak
menghargai dan tidak berempati terhadap perasaan kaum Muslim yang
tersakiti dengan karya-karya Rushdie.
Logika kebebasan berpendapat dan
berekspresi tanpa batas terbukti tidak tepat dan tidak diterima di
mana saja. Di Indonesia, misalnya, sudah lama dilarang penyebaran
paham komunisme. Bagaimana dengan penyebaran paham lesbianisme yang
juga sangat besar tingkat kejahatannya? Jadi, manusia yang sehat
pikirannya, pasti akan menolak konsep kebebasan yang tanpa batas.
Logika Setan
Setiap aspek dan gerak
kehidupan manusia tak lepas dari tantangan. Utamanya, tantangan yang
ditimbulkan oleh musuh abadi umat manusia, yaitu SETAN. Banyak yang
menarik jika kita menelaah penjelasan al-Quran tentang bagaimana logika
dan kiat-kiat setan dalam menyesatkan manusia. sebagai Muslim, kita
sudah dijelaskan dalam banyak ayat al-Quran bahwa setan adalah musuh
manusia yang nyata. Setan tak pernah berhenti berusaha untuk
menyesatkan manusia. “Dan janganlah kamu sekali-kali dipalingkan oleh
setan; sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS
az-Zukhruf:62).
Salah satu metode setan dalam
menyesatkan manusia adalah dengan cara memoles perbuatan maksiat dan
jahat sehingga tampak indah dalam pandangan manusia. “Iblis berkata: Ya
Rabbi, karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, maka pasti aku
akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi,
dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya.” (QS al-Hijr:39).
Iblis
sangat berpengalaman dalam soal sesat menyesatkan manusia. Di sorga,
Iblis berhasil membujuk Adam agar melanggar larangan Allah. Caranya,
dikatakan oleh Iblis, bahwa pohon yang dilarang untuk dimakan, justru
merupakan pohon yang menjadikan Adam akan menjadi kekal di sorga.
Karena itulah Iblis menyebut pohon larangan itu dengan nama “syajaratul
khuldi” (pohon keabadian). Dalam al-Quran digambarkan bagaimana Iblis
membujuk Adam: “Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon
khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa.” (QS Thaha:120).
Salah
satu kiat setan dalam menyesatkan manusia adalah dengan memandang baik
perbuatan-perbuatan yang telah diharamkan oleh Islam. “Demi Allah,
sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami kepada umat-umat
sebelum kamu, tetai setan menjadikan umat-umat itu memandang baik
perbuatan mereka (yang buruk); maka setan menjadi pemimpin mereka di
hari itu dan untuk mereka azab yang pedih. (QS an-Nahl:63)…”Setan pun
menjadikan indah dalam pandangan mereka, apa yang mereka kerjakan.” (QS
al-An’am:43).
Cobalah kita
renungkan penjelasan al-Quran tentang pandangan kaum musyrik yang
memandang baik tindakan mereka dalam membunuh anak-anak mereka sendiri
(QS al-An’aam:137). Membunuh anak-anak adalah suatu bentuk kejahatan,
tetapi dengan logika setan, tindakan buruk itu bisa dipoles sehingga
dianggap baik manusia.
Karena
itulah , logika dan kerja setan memang bertentangan dengan logika dan
tindakan orang mukmin. Jika sifat orang mukmin selalu melaksanakan
amar makruf nahi munkar, maka setan justru sebaliknya. Kerja mereka
yang utama adalah memerintahkan kepada yang munkar dan membenci
kebaikan (al-ma’ruf). Disebutkan dalam al-Quran:
“Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya setan itu menyuruh mengerjakan perbuata keji dan munkar.” (QS an-Nuur: 21).
Al-Quran
(al-An’am:112) mengingatkan, bahwa sesungguhnya musuh para nabi adalah
setan dari jenis manusia dan setan dari jenis jin, yang pekerjaan
mereka adalah menyebarkan “kata-kata indah” (zukhrufal qawli) dengan
tujuan untuk menipu manusia. Malik Bin Dinar, seorang ulama terkenal
(m. 130 H/748 M) pernah berkata:“Sesungguhnya setan dari golongan
manusia lebih berat bagiku daripada setan dari golongan jin. Sebab,
setan dari golongan jin, jika aku telah membaca ta’awudz, maka dia
langsung menyingkir dariku, sedangkan setan dari golongan manusia dapat
mendatangiku untuk menyeretku melakukan berbagai kemaksiatan secara
terang-terangan.” (dikutip dari Imam al-Qurthubi, 7/68 oleh Dr.
Abdul Aziz bin Shalih al-Ubaid, Menangkal Teror Setan (Jakarta: Griya
Ilmu, 2004), hal. 88).
Setan – baik dari golongan manusia
maupun dari golongan jin – memiliki ambisi utama untuk menyesatkan
manusia, seluruhnya. “Dan mereka membantah dengan (alasan) yang batil
untuk melenyapkan kebenaran dengan yang batil itu.” (QS al-Ghafir:5).
Jadi
mudah sekali mengenali logika setan. Yakni, siapa saja yang menjadi
pendukung kebatilan dan kemunkaran, pasti ia telah menggunakan logika
setan. “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti
langkah-langkah setan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah
setan, maka sesungguhnya setan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang
keji dan munkar.” (QS an-Nur: 21; lihat juga QS al-Baqarah: 168-169).
Bagi
kaum Muslim, tindakan Irshad Manji yang mempromosikan lesbianisme pasti
termasuk tindakan keji dan munkar. Begitu juga konser-konser Lady Gaga
yang sangat vulgar dalam mengumbar pronografi dan pornoaksi serta
indikasi pemujaan setan, pastilah termasuk kategori tindakan keji dan
munkar. Orang mukmin sejati tidak akan menggunakan logika setan atau
bersekutu dengan setan, sehingga termasuk dalam barisan orang-orang
yang mendukung terlaksananya tindakan keji dan munkar.
Bahkan,
kita diingatkan oleh Allah SWT dalam Surat Yasin: “Bukankah Aku telah
memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah
setan? Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagi kamu dan hendaklah
kamu menyambah-Ku. Inilah jalan yang lurus!” (QS Yasiin: 60-61).
Mengingat
begitu berat dan sulitnya menghadapi tipudaya setan, disamping
mengajarkan seluk-beluk tipu daya setan dan cara mengatasinya,
Rasulullah SAW juga mengajarkan sejumlah doa, diantaranya: “A’uudzu
billaahi as-samii’il ‘aliimi min asy-syaithaani ar-rajiimi.” (aku
berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui dari
setan yang terkutuk).
Semoga, kita semua, kaum mukmin,
tidak berdiri dalam barisan kemunkaran dan kekejian. Semoga pula,
kita dapat mengambil hikmah dari kasus Irshad Manji dan Lady Gaga,
sehingga kita mampu mengikuti shirathal mustaqim, jalan yang lurus,
yaitu jalannya para Nabi, dan bukannya jalan setan yang bangga
menampilkan diri sebagai pembela tindakan keji dan munkar.
Amin.*/Surabaya, 20 Mei 2012
Penulis Ketua Program
Studi Pendidikan Islam—Program Pasca Sarjana Universitas Ibn Khaldun
Bogor). CAP hasil kerjasama antara Radio Dakta 107 FM dan www.hidayatullah.com
No comments:
Post a Comment